Wednesday, April 11, 2012

Oi Cafe


Iwan Fals : Kopi Manis Kopi Pahit

Kopi manis kopi pahit
Sama sama kopi panas
Kacang hijau biji tasbih
Jatuh menangis ditanah

Imajiku imajimu
Gendang pabrik dan keramik
Nyonya manis pakai jilbab
Sambil joget bikin rujak

Hei Afrika... hei Cirebon
Yang menggema masuk kedalam kraton
Gendang pecah bisa lumrah
Rakyat marah itu yang susah

Iwan Fals Menerjemahkan Lagu Tergila-Gila


Iwan Fals menangkap banyak hal yang bisa disampaikan di lagu Tergila-Gila. lagu yang sebenarnya sederhana dan tentang cinta ini menjadi lebih luas dan universal ketika dijelaskan oleh Iwan.

"Ini awalnya jatuh cintanya Azi (vokalis Blackout), tentang perempuan cantik, kemudian Tuhan adalah segala-galanya. Saya menangkapnya ini ada unsur alam, unsur Tuhan dan manusia lain. Rupanya unsur itu ada di kita. Bagaimana mau menggambarkan cinta dan keindahan kalau tidak ada unsur Tuhan. Cantik itu apa sih kalau enggak ada unsur Tuhan," papar Iwan Fals.

Iwan Fals menambahkan bahwa lagu ini bisa mengingatkan dirinya serta orang-orang lain bahwa mereka tak hidup sendiri. Lagu ini menurut Iwan sangat pas dengan isu akan toleransi yang terjadi di Indonesia yang tengah bergejolak.

"Ini semata karena kebutuhan saja karena manusia sudah mulai melupakan alam, dan kabar terakhir adalah penguasa yang membantai rakyatnya. Pesisir kita juga sudah mulai naik permukaan airnya. Cikeusik juga gimana orang dibantai dengan teriak Allahu Akbar. Tapi mungkin dengan sentuhan Azizi dan Blackout mungkin ada tawaran yang tidak perlu membantai rakyatnya," terang Iwan.

Azizi juga setuju dengan apa yang dijabarkan oleh Iwan Fals. Menurutnya beberapa bait liriknya jika ditilik lebih dalam sangat berkorelasi.

"Dari kata-kata di mana pun aku ada dimana mana pun kamu ada. Ya itu berhubungan," ujar Azizi.Tautan

Lebih lanjut Iwan mengatakan bahwa dia mempunyai kewajiban menyampaikan apa yang ia rasakan tanpa menghilangkan pemikiran awalnya. Menurut Iwan ada beberapa part yang tak boleh dihilangkan.

"Cintanya Azizi tentang keindahan perempuan itu jangan hilang, itu harus tetap ada. Dan alhamdulillah banget kalau lagu itu bisa ditafsirkan macam-macam. Satu kesatuan Ketuhanan itu enggak bisa lepas. Gimana kita mau ngomong indah cantik, apa itu? Mungkin mikroskop enggak bisa nangkap, makanya ada jutaan lagu cinta. Ini kesempatan saya buat menangkap," tukasnya.


Sumber : kapanlagi.com

Iwan Fals - Teater Seharusnya Menjadi Tujuan Wisata


Opera atau teater hasil cipta anak bangsa seharusnya bisa menjadi pertunjukan menarik. Musisi Iwan Fals melihat fenomena maraknya operet dan teater sebagai sebuah potensi. Operet dan teater bisa dijadikan pilihan tersendiri dari satu kunjungan pariwisata.

"Ya harusnya ya (operet dan teater bisa jadi tujuan wisata). Selain kenal budaya dan sejarah, keindahan seni. Medianya bisa macam-macam. Ada peristiwa ini ya bagus. Kan, jadi bagian yang harus dikembangkan. Ya baguslah. Bagaimana pariwisata bisa mengemas ini. Jangan hanya nempel aja tapi ya. Tapi kalo pariwisatanya cuma nempel ke pertunjukan ya sulit juga," tutur Iwan Fals ditemui di hotel Grand Kemang Jakarta Selatan usai konferensi pers Opera Diponegoro, Kamis (03/11).

Dengan kreativitas, pihak yang bergerak di bidang pariwisata harusnya bisa mengemas pertunjukan yang ada dengan lebih cerdas. Kini Iwan Fals untuk pertama kalinya menjajal akting di dunia teater.

Dalam Opera Diponegoro tersebut peran penting disandang Iwan yaitu sebagai seorang dalang. Musisi ini dituntut bisa memainkan karakter yang berbeda, dan berpindah dari satu sosok ke sosok lain dengan luwes.

"Oh iya karena memang membawakannya beda. Tiba-tiba saya harus jadi Jenderal De Coc. Tiba-tiba jadi Ratu Kidul, jadi bayangan Ratu Adil. Gimana itu, ya kan. Saya yang mengabarkan catatan itu. Saya percaya di dalam diri saya ada kemampuan itu. Saya nggak mau tergoda dengan imajinasi-imajinasi itu," tandasnya


Sumber:Kapanlagi.com

Iwan Fals: Energi Hidup WS Rendra Sangat Besar Sekali


Iwan Fals menjadi penutup acara Mengenang Rendra, Di Antara Tiga Gunung Memeluk Rembulan di warung Prestasi, Bulungan, Jaksel, Senin (7/11). Meskipun tampil dini hari, suasana tak kalah meriah. Ratusan orang masih setia menunggu. Sebelum menyanyi, Iwanbercerita banyak tentang kenangannya bersama Si Burung Merak tersebut (julukan W.S Rendra).

"Energi hidup WS Rendra sangat besar sekali. Dia tidak pernah mengeluh, selalu tertawa. Pernah suatu ketika saya loyo, Rendra mengingatkan saya bahwa masalah itu untuk dihadapi bukan dihindari. Pokoknya setiap bertemu dengannya selalu membuat saya semangat," terangnya.

Iwan mengaku tak hanya dirinya saja yang kehilangan Rendra, namun seluruh bangsa merasa kehilangan sosok penyair ini..

"Bukan cuma saya, bangsa Indonesia ini kehilangan sosok Rendra. Dia yang selalu bisa menggandeng semua pihak," jelasnya.

Keberanian Iwan Fals menuang lirik dalam lagu-lagunya juga dipengaruhi oleh Si Burung Merak. "Dia yang membuat saya yakin menulis dengan menuangkan semua perasaan saya tanpa ada rasa takut. Tahu-tahu begitu nulis coretan saya jadi panjang," kenangnya.

Selain dalam hal musik, rekan dalam satu grup Kantata Takwa itu, juga mengajarkan Iwan sebagai pelukis. Iwan mengatakan jika Rendra bisa menebak aliran yang ia lukiskan.

"Saya itu baru mulai menggambar sudah ditebak sama Rendra aliran saya pasti ekspresif, dan itu benar. Padahal ibu saya saja tidak bisa menebak itu. Dia bisa membaca orang dengan baik," tegasnya.


Sumber:kapanlagi.com

Setiawan Djodi Ingin Lanjutkan Berjuang Dengan Kantata Barock


Rindu akan panggung dan sorak sorai penonton mungkin dirasakan oleh pengusaha sekaligus budayawan Setiawan Djodi. Vakum 7 tahun lamanya membuat dia gatal untuk merasakan kembali euforia saat di panggung.

Djodi mengungkapkan bahwa tak ada perbedaan antara konser 20 tahun yang lalu dengan sekarang. Namun ada perubahan dari nama band yang dulu Kantata Takwa menjadi Kantata Barock.

"20 tahun yang lalu sama sekarang sama aja. Dulu kita jadi aktivis. 20 tahun yang lalu kita di GBK. Jadi kita kembali secara singkat dari Kantata Takwa jadi Kantata Barock. Setiap orang ingin perubahan. Kami bukan hanya ingin menghibur tapi juga berjuang jadi gak ada banyak perubahan. Domain kita tetap perjuangan," paparnya yang diimbuhi oleh Iwan Fals.

"Ini bukan berarti gak ada perubahan. Kita tetap setia dengan apa yang kami pilih," imbuhnya saat dijumpai di preskon persiapan konser Kantata Barock di kediaman Setiawan Djodi, Kemanggisan, Jakarta Barat, Rabu (7/12).

Rasa senang tak hanya dirasakan oleh Djodi dan Iwan Fals saja Sawung Jabo mengaku tertarik saat ditawari untuk konser ini. Dia merasa berterima kasih karena teman-temannya masih mempercayainya untuk tampil bersama. Sebelumnya Sawung mengaku sempat tidak tertarik untuk bergabung di reuni Kantata.

"Saya tertarik dengan ini. Tapi soal reuni Kantata pernah bicara, saya tidak tertarik. Ini adalah memperjuangkan sesuatu yang belum selesai sebenarnya. Kebetulan saya dipilih untuk mereka, terima kasih untuk kepercayaan yang besar. Ini semua membuahkan kepercayaan diri saya," tukasnya,


Sumber:Kapanlagi.com

Sembilan Rayuan Cinta Dalam Lagu Iwan Fals



Iwan Fals bukan hanya bisa membuat lagu kritik, tapi dia juga pakar dalam lagu bertema cinta. Namanya juga manusia yang diberi kelebihan mencintai pasangannya, apalagi sebagai seorang seniman hampir mustahil tidak membawa perasaan cinta dalam karya-karyanya.

Tapi lagu cinta Iwan Fals bukanlah lagu cinta kebanyakan seperti yang sering kita dengarkan. Lagu cinta Iwan Fals kadang ‘nyeleneh’ dan menggunakan rangkaian kata yang tidak lazim. Beberapa lirik lagu cinta Iwan Fals bahkan hampir tidak masuk akal untuk diaplikasikan sebagai rayuan cinta kepada pasangan. Namun itulah seorang Iwan Fals yang namanya dikenal sebagai penyanyi lagu-lagu bertema kritik. Tema lagu cinta ala Iwan Fals sebagian adalah tema cinta gaya jalanan yang tidak sekedar mengobral rayuan setinggi langit, tetapi berbicara mengalir apa adanya.

Berikut Sembilan Rayuan Cinta ala Iwan Fals dari berbagai lirik lagu Iwan Fals yang telah kami rangkum

1. Iblis Kok Baik Hati?

Kalimat ini ada dalam lirik lagu 22 Januari dari album Sarjana Muda yang rilis tahun 1981. Pada lagu ini Iwan Fals menulis bahwa pada tanggal 22 Januari dia tidak sendiri lagi sebab telah berteman/berpacaran/komitmen saling mencintai dengan iblis yang baik hati. Maksud iblis disini adalah pasangannya. Tapi pasangannya kok disebut iblis ya.. hehe.

Coba sebut pasangan Kamu dengan panggilan Iblis, bagaimana responnya. Kalau dia adalah penggemar Iwan Fals atau pernah dengar lagu ini mungkin bisa memahami, kalau tidak ya paling-paling kena gampar... hehehe...
Dua dua Januari tidak sendiri... Aku berteman iblis yang baik hati...


2. Meludahi Muka dan Mencongkel Bola Mata

Lagu Maaf Cintaku dari album Sugali tahun 1984 mungkin adalah lagu cinta paling sadis dari Iwan Fals. Bayangkan untuk mengatakan bahwa pasangannya begitu cantik, Iwan Fals ingin meludahi dulu wajah belahan jiwanya dan bayangkan pula untuk mengatakan indahnya mata kekasihnya, Iwan Fals sampai ingin mencongkel keluar mata pasangannya. Kalau mengatakan hal ini kepada yang disayang, mungkin kekasihmu bakal ketakutan menganggap Kamu sakit jiwa dan urusannya bisa panjang sampai ke polisi. Tapi tentu beda kalau kekasihmu suka lagu-lagu Iwan Fals, dia mungkin merasa tersanjung.

Rayuan ‘gila’ model ini kenyataannya sering dipakai penggemar Iwan Fals, dan sampai sekarang belum ada laporan ancaman kekerasan karena terinspirasi lagu ini... huhuhu...
Ingin kuludahi mukamu yang cantik... Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik... Ingin kucongkel keluar indah matamu... Agar engkau tahu memang indah matamu...


3. Kembang Pete dan Batu Akik

Untuk mengungkapkan perasaan cinta umumnya kita memberi bunga mawar atau cincin berhias berlian. Tapi Iwan Fals memilih setangkai kembang pete dan batu akik. Lagu Kembang Pete yang ada pada album KPJ tahun 1985 menjadi sindiran bagi kaum berada coba mengingatkan bahwa cinta itu milik siapa saja. Kembang pete mudah diperoleh dan batu akik kelas pinggir jalan murah harganya. Dua item ini cukup bagi Iwan Fals untuk dijadikan persembahan cintanya yang dalam lagu ini dia mengatakan cintanya adalah cinta jalanan.

Dalam lagu ini Iwan Fals dan kelompok KPJ masih menyisipkan kritikan meski tema utamanya lagu cinta. Seperti bait yang mengatakan ‘kalau diantara kita jatuh sakit/lebih baik tak usah ke dokter/sebab ongkos dokter disini/terkait diawan tinggi’ dan juga tentang himbauan agar tidak membuat uang palsu.

Kembali tentang rayuan cinta, faktanya ada juga beberapa penggemar Iwan Fals yang memberikan kembang pete dan batu akik kepada pasangan yang dicintai. Tentu saja pasangannya sudah paham, kalau tidak mengerti ya mungkin malah dianggap pelit... hahaha...
Kuberikan padamu setangkai kembang pete... Tanda cinta abadi namun kere... Kuberikan untukmu sebuah batu akik... Tanda sayang batin yang tercekik...


4. Bibirnya Dilumat Habis

Mungkin ini lagu cinta Iwan Fals yang agak vulgar sebagian liriknya. Lagu Aku Antarkan dari album Sore Tugu Pancoran tahun 1985 ini berkisah tentang lelaki yang mengantarkan pulang pasangannya setelah seminggu lamanya bersama. Tak terasa seminggu sudah waktu berlalu dan entah mereka ngapain saja... mungkin jungkir balik atau panjat tebing.. hehehe. Yang jelas pada liriknya dalam seminggu lelaki itu telah habis melumat bibir pasangannya. Dan hebatnya, pasangannya tak bosan meminta ciuman itu, wow.

Naah, jangan ngeres dulu dan langsung memvonis ini lagu tentang pasangan kumpul kebo. Iwan Fals pada saat lagu ini dirilis kayaknya telah menikah resmi, Iwan Fals nikah umur 19 tahun. Jadi mungkin lagu ini berkisah tentang pasangan sah suami istri yang sudah tentu halal saling melumat bibir. Pertanyaannya apa nggak sariawan ya seminggu penuh bibir diulek-ulek gitu yang pastinya bibir jadi memble.

Bagi yang kepingin lumat-melumat kalau belum jadi pasangan yang sah jangan asal nyosor, zina itu haram hukumnya. Nikah resmi dulu Bro/Sis, dijamin lebih enak lumatannya serta nggak dapet dosa malah dapet pahala... yahuhu...
Tak terasa seminggu... Rakus kulumat bibirmu... Tak terasa seminggu... Tak bosan kau minta itu...


5. Sekarang Cinta, Entah Esok Hari atau Lusa Nanti

Mungkin inilah lagu cinta Iwan Fals yang liriknya paling jujur. Disaat kebanyakan dari kita bergombal-gembel-ria dengan mengatakan aku cinta kamu sampai mati, cinta sampai kiamat dan sebagainya, Iwan Fals tidak. Dalam lirik lagu Entah dari album Ethiopia tahun 1986 Iwan Fals justru berkata ‘Aku cinta kau saat ini (tapi) entah esok hari atau lusa nanti”. Jujur banget kan?.

Coba praktekan lirik Iwan Fals ini kepada pasanganmu, mungkin dia akan semakin sayang atau bahkan malah melengos dan nangis guling-guling di trotoar, hehehe. Tapi jangan sok jaim lah, hayo ngaku saja kadang ada suatu waktu dimana kadar cinta kita kepada pasangan berkurang. Itu lumrah, manusia tidak ada puasnya. Tapi ya jangan lama-lama bisa jadi masalah nantinya. Lirik Iwan Fals ini jujur sekali, tapi kita bisa ambil positifnya saja deh. Jangan selalu menganggap esok hari lantas tidak lagi mencintai pasangan, tapi jadikan esok hari atau lusa nanti semakin cinta. Nah, beres kan... hohoho...
Seperti biasa aku tak sanggup berjanji... Hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini... Entah esok hari... Entah lusa nanti... Entah...


6. Wajah Cukup Lumayan Cuma Dapat Poin Enam

Pada lirik lagu Aku Sayang Kamu dari album berjudul sama yang rilis tahun 1986 penuh berisi rayuan-rayuan gombal tingkat tinggi. Meskipun lirik lagu ini terasa lebay namun Iwan masih berusaha mengimbangi supaya gombalannya tidak overdosis. Pada bagian akhir lagu, Iwan Fals masih bisa jujur mengatakan wajah pasangannya cukup lumayan dan dapat poin enam.

Kalau kita sih biasanya mengatakan wajah pasangan kita cantik/tampan seperti bintang film, kalau diberi nilai ya delapan atau sembilan bahkan sepuluh alias tanpa cacat. Pasangan yang dapat rayuan gombal semacam ini pasti melayang dan jadi percaya diri meski wajahnya tak beda jauh dengan sepatu boot... hihihi...
Wajah cukup lumayan dapat poin enam... Kalau nona berjalan rembulan pun padam...


7. Buku Pinjam Malah Dicorat Coret

Lagu Buku Ini Aku Pinjam dari Iwan Fals terasa sekali gaya percintaan pada tahun 80-an. Lagu yang ada dalam album 1910 tahun 1988 ini berkisah tentang gaya pacaran anak sekolah pada masa itu. Kenalan di depan kantin, menunggu di halte bus untuk pergi kencan sepulang sekolah, benar-benar gaya tahun 80-an atau mungkin sampai kini ya? entahlah.

Yang kita tahu kalau sekarang sih kenalan itu banyaknya di mall atau lewat social media internet. Mau kencan ya janjian ketemu di cafe biar nggak ketahuan kalau berangkatnya nebeng truk pasir, begitu duit pasangan habis ya sudah ditinggalkan cari mangsa baru, hehe.. nggaklah itukan kerjaan orang sakit. Dan yang menarik dari lagu ini adalah tentang dipinjamnya buku pasangannya untuk dituliskan sajak indah didalamnya. Wow, yang bikin iwanfalsmania.com dulu juga begitu bro/sis, dan hasilnya diomeli dan malah dicuekin... hahaha.. buku bagus-bagus kok dicorat-coret. Kalau sekarang cukup kirim sajak rayuan via sms sambil tiduran atau sambil setor di wc, sekali ketik rayuan langsung dikirim ke beberapa orang buat cadangan... hehehe...
Buku ini aku pinjam... Kan kutulis sajak indah... Hanya untukmu seorang... Tentang mimpi mimpi malam


8. Banyak Uang Cinta Datang

Masih dari album yang sama 1910 tahun 1988, dalam lagu Pesawat Tempur Iwan Fals menggabungkan lirik kritis bersanding dengan tema cinta. Disini Iwan Fals memposisikan dirinya sebagai lelaki yang tidak punya uang tapi tetap semangat mengejar cinta seorang wanita. Dan lagi-lagi Iwan Fals mengungkapkan kenyataan yang ada di masyarakat pada umumnya. Bukan hanya di tahun 80-an seperti saat lagu ini rilis, tapi rupanya sampai sekarang dan sepanjang masa.

Simak lirik ‘kalau saja aku bukanlah penganggur/sudah kupacari kau’. Paham kan maksudnya. Banyak dari kita yang tidak percaya diri mengejar cinta seseorang hanya karena tidak punya materi yang bisa ditonjolkan. Dengan kata lain wanita dianggap lebih mau dipacari oleh lelaki yang berduit meski wajah lelaki itu mirip wajan teflon atau panci bakso (dalam lagu ini objeknya adalah wanita, jangan marah ya sis). Dan Iwan Fals mengkritik tentang perang yang memakan banyak biaya, dia bilang kalau dana perang untuk dirinya maka wanita incarannya akan datang bukan untuk senyum saja. Wah, trus si cewek itu mau ngapain lagi, Wan.. apa ngajak main monopoli? gawat... hahaha...
Oh oh ya andaikata dana perang buat diriku... Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum...

9. Laki-Laki Normal Itu Menyukai Wanita

Bersyukurlah bangsa Indonesia memiliki penyanyi Iwan Fals yang statusnya normal. Iwan Fals bisa dipastikan bukan maho, homo, gay dan istilah-istilah sebangsanya.. hehehe. Selain statusnya sudah dibuktikan dalam keseharian, Iwan Fals juga menegaskan kalau dia lelaki asli bukan kw dalam lagu cintanya yang berjudul Ya Atau Tidak. Lagu cinta ini ada dalam album Belum Ada Judul tahun 1992.

Lirik lagu ini berkisah seputar rayuan Iwan Fals kepada kekasihnya yang mungkin saat itu lagi ngambek dan puasa bicara. Setelah dirayu sedemikian rupa masih saja tidak berhasil membuatnya bicara. Dan diakhir lirik, Iwan Fals menegaskan kalau dia lelaki tulen. Ah, mungkin saat itu Iwan Fals dituduh maho oleh istrinya kali ya, gan? Hahaha... entahlah ini cuma halusinasi ane saja, maaf ya mbak Yos... hahihuheho...
Tak aku pungkiri aku suka wanita... Sebab aku laki laki masa suka pria...

Sumber : IwanFalsMania.com

Pesan WS Rendra Sebelum Meninggal kepada Kantata Barock


Sebelum terbentuk dengan nama Kantata Barock, almarhum WS Rendra pernah meminta teman-teman membentuk kembali Kantata dengan nama Kantata Samudra. Kemudian Iwan menulis lagu yang berjudul Ombak.

“WS Rendra pernah berpesan kepada kami untuk membuat Kantata lagi namanya Kantata Samudra, kami latihan di bengkel teater, dan Rendra pernah berpesan untuk jaga laut kita,” ucap seorang pentolan grup musik Kantata Barock, Iwan Virgiawan Listanto alias Iwan Fals, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

Lantaran menurut Iwan, Indonesia dari Sabang sampai Merauke dikelilingi lautan yang terbentang luas. Indonesia juga memiliki kekayaan alam yang begitu luas dan harus dijaga bangsa Indonesia.

“Saya jadi bingung ikan kita kan berlimpah, tapi kenapa harga ikan mahal. Lalu kalau harga ikan mahal, ‘kan seharusnya para nelayan kita kan kaya ya, tapi kok kenapa miskin ya?” singgung Iwan.

Iwan juga menjelaskan, sebetulnya laut memberikan oksigen lebih banyak dan yang kedua oleh hutan. Disebutkan pula aksi panggung bersama Setiawan Djody dan Sawung Jabo itu merupakan sebuah penghargaan bagi sahabatnya, yakni almarhum WS Rendra. Penyair dan budayawan itu juga pernah tergabung dalam Kantata Takwa dalam perjuangannya selama menyuarakan keadilan.

“Setelah 21 tahun akhirnya kita berkumpul lagi disini, dan ini merupakan penghargaan untuk sahabat kita WS Rendra,” pungkas pria yang memiliki penggemar OI Fals Mania ini.

Sejarah Berdirirnya Kantata Takwa


Sejarah lahirnya Kantata Takwa.

Kantata Takwa , begitu panjang kisahnya yang bisa saya tulis mengenai kelompok musik tersebut. Karena itu pula saya terpaksa harus membagi-bagi tulisan Kantata dengan versi 1- 2 -3 dan selanjutnya nanti.

Pada bagian ini saya hanya akan mengungkapkan kisah perkenalan saya dengan mas Djody hingga terbentuknya kesepakatan kelompok kerja kesenian tersebut , yang akhirnya disebut Kantata Takwa.

Pada tahun 1989 , saat itu saya sedang gencar melakukan promo tour bersama kelompok Godbless bagi album kami yang bertajuk ”Semut Hitam”. Saat itu saya masih tinggal di sebuah rumah (kontrakan) di daerah Kebon Jeruk , tepatnya di-jalan Anggrek no.52 Kelapa Dua Kebon Jeruk-Jakarta Barat .

Disela-sela kegiatan tour , saat sedang istirahat (jadwal kosong) kami semua selalu pulang kembali ke Jakarta . Suatu hari saya ditelpon oleh Jelly Tobing (drummer) mengajak saya untuk menemani dia berhura-hura (jam-session’an) main musik dirumah seorang kenalannya . Tidak ada target atau tujuan jangka panjang tertentu selain hanya untuk ”bersuka-cita” , bermusik sekedar hepi2an mengisi waktu yang luang saja . Temannya tersebut adalah pe-hobbi musik yang punya fasilitas latihan / nge-band dirumahnya . Lazimnya orang tajir-lah …intinya ..:)

Saya sendiri setelah diberitahu oleh Jelly Tobing , bahwa orang tajir tersebut namanya Setiawan Djody rasanya sudah tidak asing terdengar dikuping saya . Siapa sih yang nggak kenal dia saat itu… , maksudnya di lingkungan teman-teman lama saya (di tahun 1970’an) yang saat itu banyak berkecimpung di ranah bisnis “puncak gunung” , nama Setiawan Djody adalah jaminan kertas bernilai yang nggak ber-seri istilahnya hehehe..(sumpah ngga ngaruh..,saya nggak matre’..!)

Kebetulan juga tempat tinggalnya di wilayah Kemanggisan Raya – Kebon Jeruk , yang notabene tidak berapa jauh dari rumah kontrakkan saya sendiri. (10 kilometer-an lah kira-kira jaraknya) Maka disuatu hari Minggu , melalui telpon setelah janjian sama Jelly Tobing saya bersedia dateng ke alamat tersebut…ber “jreng-jreng” ria.

Singkat kata kemudian saya menelusuri jalan Kemanggisan raya yang “krodit” penuh dengan oplet dan pedagang kaki lima di-kanan kirinya. Saya mencari-cari nomer rumah yang diberikan pada saya……..fuih..! nggak keliatan jek! Abis kiri kanannya penuh toko-toko bangunan serta deretan warung dan kios-kios lainnya .

Barulah akhirnya , saya lihat ada sebongkah pintu gerbang besar berwarna ijo , nyelip diantara warung gudeg dan bakul-bakul rokok pinggiran jalan lainnya. Hm…ini mungkin pikir saya . Lalu sesuai dengan ”petunjuk Jelly Tobing” , bahwa : ”Klakson aja” kalau sudah ketemu gerbang ijo tersebut . Maka saya klaksonlah pintu gerbang ijo tersebut dua kali saja :” tin…tiiin” gitu bunyi BMW 520 (yang juga masih belom lunas kreditan-nya) hehehe .

Sekejap pintu besar tersebut dibukakan oleh dua orang bertubuh tegap berambut klimis berwajah sangar ..hihihi. Mereka yang kemudian saya kenal akrab bernama pak Parno dan lainnya huehehe. Begitu hidung mobil masuk pintu pagar , terbentang ruang parkiran luas yang kira-kira mampu menampung 12 mobil banyaknya . Masih dari dalam mobil saya melihat dua ekor patung macan afrika (item dan guwedhe) yang terbuat dari batu semen , sepertinya emang bertugas untuk menyambut kedatangan tamu yang hadir disana. Ck..ck..ck..kagumnya saya…(ndesit tenan..!)

Ruang parkiran tadi adalah bagian terpisah , yang dibatasi dengan tembok tinggi untuk memasuki ruang bangunan rumah yang sebenarnya .Maka setelah melewati tembok pintu besar (melewati macan-macan tadi)…semakin takjub saya dibuatnya ….Rasanya tidak sedang berada seperti di Jakarta , namun lebih mirip saya sebut seperti sedang di daerah Bali (mis:Ubud/Gianyar dsb.) Sementara bangunan rumahnya sendiri bergaya klasik aristokrat eropa yang rada-rada serem dan mencekam (paling nggak buat saya …kebayang sih..gimana kalau malam..) apalagi disana sini banyak dibangun semacam ”pura” lengkap dengan sesajen2nya . Tetapi sekejap ke-takjub’an saya sirna oleh suara bising ”gedebak..degebug…nguinngg nguuueinng..suara gitar bertalu-talu ..hehehe..” (koq gitar bertalu-talu sik?..salah yaakk…biarin deh..)

Tampak Jelly Tobing (biasa…super heboh..) dengan beberapa rekan musisi yang sudah saya kenal seperti Ferry Asmadibrata (musisi terkenal asal Bandung) dan …juga ada seorang promotor kawakan…Sofyan Ali namanya ..wah ..seru…(Bla..bla..ba..) lalu saya dikenalkan Setiawan Djody oleh Jely Tobing dan sejenak kami terlibat pembicaraan “ngalor ngidul” sebelum akhirnya saya ikut-ikutan gunjrang-gunjreng nge-berisikin tetangga…:”JUMP!” by Van Hallen…eh’..tak begitu lama kemudian , nongol Renny Jayusman (rocker wanita yang selalu kalungan se-lemari banyaknya..)hehehe.. datang langsung nyamperin microphone…”ohh yeeeaahhh…Jumppp!!!” hayaaahh…

Kelompok / pergaulan awal tersebutlah yang kemudian melahirkan gagasan untuk membiayai rekaman bagi ”MataDewa”nya Iwan Fals dengan arranger-nya Ian Antono. Yang juga kemudian melahirkan pemikiran Sofyan Ali untuk mendirikan join perusahaan bersama Setiawan Djody yang bernama ”AIRO”. Semenjak saat itulah hubungan pergaulan saya dengan Setiawan Djody kian hari kian akrab , sebagai sesama orang yang mencintai dunia kesenian (khususnya di musik)

Barulah pada tahap-tahap berikutnya akan saya ceritakan proses bergabungnya teman-teman musisi yang lain seperti Iwan Fals / Sawung Jabo dan lainnya.

Selanjutnya :

KANTATA TAKWA [bag.ll]



Semenjak itu saya kerap kali ditelpon mas Djody untuk membicarakan berbagai hal tentang perkembangan musik di Indonesia. Saya katakan bahwa pada intinya musisi ’alternatif’ (non industri) di Indonesia ini membutuhkan "uluran tangan" dari berbagai pihak yang ”peduli” , yang bukan hanya mikirin rumus dagang saja tapi juga mikir tentang "berkesenian" dalam artian yang lebih luas lagi.

Saya melihat ada ”concern” dari dia untuk mau berdialog dengan saya panjang lebar tentang hal tersebut . Maka ketika suatu kali dia menceritakan gagasannya yang ingin bekerja sama dengan AIRO (saat itu perusahaan tersebut masih menjadi milik Sofyan Ali) secara spontan saya langsung mendukungnya .

Dan pada saat itu hubungan kerjasama antara Sofyan Ali dengan Iwan Fals memang sudah berjalan (lewat berbagai konser Iwan sendiri saat2 itu) . Maka ketika konser 100 kota yang akan dimulai di Sumatra (Palembang) tersebut di cekal , Sofyan Ali berkeinginan untuk mengajak Iwan masuk studio guna rekaman.

Rekaman Iwan Fals tersebut akhirnya berlangsung dibawah management AIRO yang bekerjasama dengan SD. Dan seingat saya sebelum masuk ke studio , SD pernah pergi berdua Iwan ke Bali , dimana mereka pada akhirnya berhasil menciptakan lagu ”Mata Dewa” . SD sendiri mengatakan bahwa Mata Dewa adalah ”Sun set” yang mereka lihat ketika mereka gitaran berdua di pantai Kuta.

Maka berikutnya , ketika Iwan Fals sedang sibuk merekam Mata Dewa , saya sendiri mulai sering mengawal SD untuk bermain musik , baik itu dirumahnya atau terkadang beberapa kali ikut konser bersama di panggung2 musik di Ancol . Formasinya waktu itu antara lain Jelly Tobing dsb. Kami hanya memainkan repertoar2 bule , umumnya lagu2 dari Led Zepllin dan U2 ada satu atau dua sih..lagunya Van Hallen. Maklum kelompok tersebut memang bukan band serius..tapi hanya sekedar ”gathering” atau kelompok gaul dan per-temanan saja .

Jujur saja , lama-lama saya merasa ”eman” atau sayang kalau melihat kemampuan ”finansial” yang dimiliki hanya untuk ”proyek” kesenangan pribadi saja . Maka secara bertahap perlahan tapi pasti , saya mulai ”meracuni” isi otak pikiran SD , agar mau membantu kondisi musik rock yang saat itu emang sudah mulai ”terkapar” tak berdaya.

Hanya ada satu orang di Indonesia kala itu yang secara spesifik berkutat di bisnis musik rock kita , yaitu Log Zelebour yang kebetulan juga mengelola management Godbless. Namun keberadaan Log Z. Lebih pada pendekatan bisnis pragmatis , sedangkan yang saya anggap diperlukan musisi rock Indonesia adalah figur sponsor yang berfungsi sebagai seorang ”maesenas”. (yang nggak berpikir harus untung melulu)

Maka berikutnya , ketika Iwan Fals merilis album Mata Dewa dengan konsep (terobosan) ”direct sale” di parkir timur senayan . Sekali lagi saya meyakinkan SD agar melihat peluang kesempatan yang bisa dilakukan demi perkembangan musik rock di tanah air. Konsep terobosan diatas yang saya maksud adalah : kaset Mata Dewa tidak dijual oleh Sofyan Ali (AIRO) melalui agen2 yang sudah ada (resmi) namun langsung di-pajang di mobil2 box saat konser di Parkir Timur Senayan. Konsep tersebut terbukti ampuh serta membuka mata banyak orang , bahwa dominasi "glodog" bisa dipatahkan asalkan ada sebuah sistem distribusi yang direncanakan secara matang.

Beberapa bulan kemudian setelah kaset tersebut terbilang ”sukses” , maka Setiawan Djody mengundang kita semua (saya , Iwan Fals dan WS.Rendra serta Sawung Jabo) guna ngobrol membicarakan segala kemungkinan kesepakatan yang bisa dicapai. Perkenalan antara WS.Rendra (mas Willy) dengan SD sudah terjalin semenjak lama sebelum saya sendiri hadir disana .SD selama itu memang bertindak sebagai maesenas bagi kebutuhan “Bengkel Teater” Rendra , bahkan sudah sempat mengadakan pementasan di New York dan beberapa kota di luar negeri dan sebagainya. Sedangkan Sawung Jabo sendiri adalah salah satu anggota dari Bengkel Teater tersebut.

Singkat kata , kami hampir menemukan kesepakatan untuk saling bekerja-sama , namun harus melewati satu masalah lagi , atau anggap saja satu persyaratan yang harus diselesaikan terlebih dahulu . Yaitu , Iwan Fals bersama S.Jabo dan kawan-kawan yang lain ternyata sedang membuat lagu-lagu , dan sedang merencanakan untuk bisa direkam di studio dan sebagainya . Persyaratan tersebut meminta agar SD juga bersedia menangani masalah management recording bagi mereka . Agar saat nanti , bila kita bisa bekerja sama maka “master” dari produk rekaman tersebut tidak kemana-mana , alias dikelola oleh satu management saja.

SD menyetujui persyaratan tersebut , dan bersedia bersama-sama Sofyan Ali untuk mengelola dibawah bendera / label AIRO . Disanalah awal mula gagasan besar tersebut beranjak . Saya pribadi sebenarnya juga tertarik untuk terlibat dalam rekaman yang akan mereka lakukan tersebut , namun saat itu saya lebih berfikir ”taktis” agar lebih berkonsentrasi ”mengawal” SD agar tidak berubah pikiran ..hehehe..., maklum ”roang tajir” kadang-kadang suse’ dipegang buntutnya. Saya sering menemani dia untuk workshop dirumahnya , sekaligus memberi masukan2 dan yang terpenting adalah melengkapi peralatan musik yang nanti dibutuhkan .

Singkat cerita , beberapa bulan kemudian rampunglah rekaman Iwan dan teman-teman tersebut (di GIN studio) , lalu program jangka pendek berikutnya adalah ”launching” serta dilanjutkan dengan konser (promo) .
Sayang , entah mengapa tiba-tiba saya mendapat berita bahwa Sofyan Ali mengundurkan diri dari kelompok kerja tersebut . Dan menyerahkan AIRO untuk dikelola sendiri oleh management SD , yang saat itu bernama Multy Setdco. Saya sempat kecewa dengan hal tersebut....sebab dimata saya belum ada orang Indonesia saat itu yang mampu mengelola bisnis pertunjukan musik dengan baik,sekaliber Sofyan Ali.

Bertempat disebuah cafe diwilayah Kuningan tepatnya di Gedung milik Wisma Bakrie , maka launching album bertajuk SWAMI diluncurkan disana . Saya sendiri turut terlibat untuk ikut main secara live pada acara peluncuran album tersebut , padahal sewaktu proses rekamannya saya tidak terlibat. Kami (SWAMI) kemudian sempat pula konser di GOR Kridosono Jogyakarta sebelum pada akhirnya saya , Iwan , Jabo , Rendra berkumpul lagi untuk melanjutkan pembicaraan guna merealisasikan ”kesepakatan awal”tentang kolaborasi bersama-sama .

Hari-hari itu ...adalah hari-hari dimana Bento dan Bongkar "menggelegar" bagaikan hendak memecah angkasa Indonesia.

(bersambung menyusul ke bag.lll)

Dibawah ini adalah tulisan tentang Sejarah KANTATA TAKWA (bag.lll)



Sayang sekali saya tak ingat kapan persisnya pertemuan antar kami berlima terjadi , namun bisa dipastikan bahwa kami semua berkumpul ditempat kediaman SD di wilayah Kemanggisan Raya - Kebon Jeruk tersebut .

Satu hal yang cukup penting harus saya katakan disini , bahwa sebenarnya ada satu nama lagi yang saya usulkan diantara kami berlima yang sudah ada , saya usulkan untuk bergabung dalam kolaborasi tersebut . Yang bersangkutan sendiri secara prinsip bersedia serta sudah beberapa kali juga hadir disana untuk membahas dan membicarakan berbagai hal (dialog non teknis lainnya ) sebagai persiapan untuk merumuskan konsep dan bentuk yang akan dirancang . Orang tersebut adalah salah satu sahabat saya sendiri , Harry Roesli (almarhum). Yang juga dijuluki sebagi Musisi mBeling dari kelompok DKSB .

Namun karena Harry Roesli seperti yang sudah kita ketahui bersama domisilinya berada di Bandung , maka hanya sesekali saja yang bersangkutan bisa hadir membicarakan berbagai hal , sedang kan kami berlima yang lainnya lebih sering dan intens untuk berkumpul . Maklum jarak antara Jakarta – Bandung saat itu harus ditempuh selama 4 jam’an lebih . Sebab belum ada jalan tol seperti sebagaimana kondisi saat ini.

Hari-hari berikutnya adalah disepakatinya kegiatan workshop secara rutin di Kebon Jeruk. Jelly Tobing beberapa kali turut hadir disana dan menemani kita untuk memainkan drum ketika datang . Komposisi orang-orang yang terlibat workshop di awal-awalnya adalah saya di keyboard , SD di gitar listrik , Iwan gitar akustik , Jabo di cuap-cuap , Jelly Tobing di drum , serta Edmond (seorang musisi ”lawas” asal kota solo , yang dulu pernah tergabung bersama SD di Band Terencem pada tahun70’an)

Figur yang terakhir ini adalah orang yang cukup ”unik” dimata kita semua . Selain gemar guyonan ”khas Jawa” yang bersangkutan juga sering kita anggap sebagai ”guru spiritualnya SD selama ini , yang khusus untuk menemani SD main gitar sehari-hari sebelum kita semua ada di lingkaran pergaulan di Kebon Jeruk..hehehe)

Kegiatan tersebut dilakukan seminggu dua kali (kalau tidak salah) saya tidak ingat lagi tepatnya , setiap hari apa kita berkumpul dan bermusik bersama . Yang pasti itu dilakukan disela-sela kegiatan konser promo bagi album Swami (Bento Bongkar dll.)

Dalam suasana workshop diatas , secara tehnis kami semua sepakat untuk tidak mengacu kepada satu kredo-kredo tertentu , atau warna musik tertentu namun lebih kepada ”mengalir saja” seperti air . Bisa dibayangkan bagaimana suasana ”riuh” yang terdengar disana .

Riuh yang saya maksudkan adalah … gegap gempitanya suara drum yang menggebu dengan ditimpali oleh suara lengkingan gitar yang sangat dominan , serta teriakan-teriakan tanpa kalimat (sekedar na..na..na dsb) dari Iwan Fals dan Jabo . Ditambah lagi dengan tidak adanya ”jalur kord” yang sudah disepakati sebelumnya , alias 3 jurus plus. (nah…”plus” nya itu yang bisa 10 bisa 20 bisa 30…pokoke sak matek’e lah..) hehehe..

Saya sendiri menganggap suasana hirup pikuk tersebut sangatlah dibutuhkan , agar saya bisa menangkap ”esensi” dari keinginan serta karakter ekspresi masing-masing personal yang ingin disampaikan . Walaupun harus saya akui seringkali saya terpaksa harus ”melindungi” kedua belah lobang dikuping saya dengan jari tangan … supaya dia nggak pecah atau paling tidak enggak jadi ”kendor” selaputnya ..hehehe. Terutama dari bunyi freqwensi yang dihasilkan dari perangkat Soldano nya SD , yang luar biasa tingginya serta keras suaranya .

Bayangkan saja , Soldano tersebut di-distribusikan ke 4 pasang Speaker Marshal 200 lewat 4 buah power tersendiri untuk memenuhi kebutuhan 4 stack speaker Marshall tadi . (seperti kita ketahui bahwa satu stack terdiri dari dua buah speaker) Artinya suara gitar SD disalurkan lewat 8 buah speaker dalam ruangan workshop yang hanya seluas sekitar 5 X 12 meteran . Sedangkan kami yang lainnya , apalagi saya …hanya bersandarkan pada satu buah amplifier ukuran kecil sekelas Fender Jazz Chorus untuk keybord , demikian juga yang lainnya .

Gubbraaakk..Gedubrakkss…nguinggg..nGGuuing…CiiaaTT..wwwAAAAA..!!! , gitu deh’…kira-kira bunyinya dalam bentuk tulisan di huruf……hahaha..!

Sementara mas Willy saya lihat tampak sering hanya mampu bertahan sebentar didalam ruangan lalu berjalan kearah pintu untuk kemudian cukup melihat dan mendengar dari luar tempat latihan tersebut …sambil sesekali dahinya mengkerut …mungkin mencoba menangkap suasana yang cukup liar …lalu menuliskan sesuatu diatas kertas . Ya…saya baru sadar kemudian , rupanya mesin produksinya langsung terpicu dan langsung juga bekerja sebagai penulis naskah.

Hingga akhirnya saya putuskan didalam pertemuan berikutnya , bahwa program workshop selanjutnya haruslah dilakukan secara lebih sistemik . Tidak bisa lagi kita terus-terusan hanya mengeksplorasi suasana tanpa ada kemampuan dan keinginan untuk menangkap / merumuskan “esensi” dalam bentuk sebuah konsep agar lebih “real” dan konkrit . Saya mengusulkan agar latihan-latihan berikutnya cukup terdiri dari beberapa orang saja dari kami guna terciptanya lagu-lagu yang diinginkan .

Disepakati kemudian bahwa saya ditunjuk sebagai komandan untuk berhak memutuskan segala sesuatunya yang berkaitan dengan bunyi-bunyian musik . Rendra sebagai penulis teks dan lirik untuk melengkapi lagu . Sawung Jabo sebagai “tong sampah” yang berfungsi menampung berbagai “aspirasi” keinginan yang ingin disampaikan oleh semua pihak. Iwan Fals sebagai juru terompet yang mewakili suara semua pihak lewat suara nyanyian . Dan SD sebagai penyedia sarana dari berbagai hal teknis yang diperlukan .

Hari-hari berikutnya hanya saya , Iwan Fals , Sawung Jabo dengan ditemani oleh Robin (musisi warga Philipina) yang lebih bertugas merekam draft lagu-lagu kedalam computer lewat “cakewalk” nya. Kami bertigalah yang akhirnya bekerja secara detail untuk mengarang lagu secara kolaboratif bersama .

Demikianlah sejarah awal dari terbentuknya kelompok musik KANTATA TAKWA yang bisa saya rekam dalam tulisan . Semoga tulisan ini suatu saat bisa terus diperbaharui atau ditambahkan lagi berbagai kekurangannya , atau bahkan dikoreksi bila diperlukan , agar bisa melengkapi kisah-kisah yang harus disimpan dalam ruang-ruang perpustakaan perjalanan musik di Indonesia pada umumnya.

Saya prihatin mengingat system per-dokumentasian kita yang sampai detik ini belum juga berfungsi sebagaimana seharusnya . Orang hanya diajarkan untuk melihat “hasil” dan menutup mata kepada “proses” serta dasar “filosofi” yang melatar belakanginya .

Selamat pagi Indonesia , hari sudah menjelang sore..


Sumber : jsops

12 Fakta Tentang Iwan Fals Yang Tidak Kita Ketahui


1. Sebelumnya nama Iwan Fals memiliki ejaan yang berubah-ubah. Dalam beberapa album lamanya pernah memakai ejaan IWAN FALES, IWAN PALES, IWAN FALLS, IWAN FALSE. Hingga akhirnya disederhanakan oleh pihak recording menjadi Iwan Fals saja. Pada album lamanya juga pernah dicantumkan nama asli (Virgiawan Listanto) sebagai pencipta lagu.

2. Sebelum album ‘Sarjana Muda’ (1981), Iwan Fals sebenarnya sudah pernah rilis beberapa album. Tetapi sekarang tidak ada satupun yang bisa ditemukan di record store. Semuanya jadi collector item yang diburu para penggemar fanatiknya. Karya-karya yang musik dan liriknya sangat sederhana tersebar dibeberapa album yaitu ‘Yang Muda Yang Bercanda’, ‘Canda Dalam Nada’, ‘Canda Dalam Ronda’, ‘Perjalanan’ dan ‘Tiga Bulan’. Bisa dihitung hanya beberapa yang masih memiliki dan merawat album-album ini.

3. Lagu ‘Kemesraan’ adalah karya dari Franky dan Jhony Sahilatua yang pada awalnya dinyanyikan oleh duet legendaris Franky & Jane. Namun pada masa itu lagu ini tidak terlalu populer. Kemudian Iwan Fals ditawari untuk menyanyikan kembali bersama Titiek Hamzah. Lagi-lagi karya ini tidak terlalu dikenal. Baru kemudian pada tahun 1988 lagu ini dinyanyikan bersama-sama penyanyi lain yang tergabung dalam Musica Studio seperti Chrisye (alm), Rafika Duri, Betharia Sonata dan sebagainya dan menjadi lagu yang populer dan legendaris. Lagu Kemesraan versi terakhir ini adalah titik awal populernya lagu gaya ‘keroyokan’ di Indonesia yang saat itu memang sedang menjadi trend. Karya ini sampai sekarang menjadi lagu ‘wajib’ perkumpulan ibu-ibu atau acara seremonial lainnya.

4. Iwan Fals pernah membuat lagu berjudul ‘Anissa’ yang intinya bercerita tentang kelahiran putri keduanya (Anissa Cikal Rambu Bassae) dimana banyak peristiwa yang terjadi selama masih didalam kandungan. Sedianya lagu ini masuk dalam album ‘Aku Sayang Kamu’ pada tahun 1986. Namun tidak jadi dimasukkan dengan alasan pihak recording (Musica Studio) tidak mau mengambil resiko menampilkan lagu dengan lirik yang keras. Kalau kita baca sampul album ‘Aku Sayang Kamu’, pada bagian penata musik terdapat kata-kata Anissa namun lagu ini tidak pernah ada. Lagu ini sempat diputar di radio tetapi hanya sebentar. Beberapa fans fanatik beruntung bisa mendapat rekamannya dan menjadikan koleksi yang berharga.

5. Iwan Fals pernah mengusulkan nama ‘Septiktank’ sebagai nama grup band yang akan dibentuk pada tahun 1989 bersama Jabo, Yockie, Naniel, Nanoe, Innisisri, Totok Tewel dan Tatas. Namun beberapa personil menolaknya sehingga dilakukan lotere. Dan terpilihlah nama ‘Swami’ yang merupakan usulan dari Jabo. Ini plesetan dari kata ‘suami’ karena mereka semua sudah beristri. Nama Swami dan Iwan Fals tidak bisa dilepaskan dan melahirkan single hits yang begitu fenomenal sepanjang masa yaitu lagu ‘Bento’.

6. Pitat Haeng, sebuah nama yang mungkin asing ditelinga kita. Tapi tahukah anda, nama ini adalah nama samaran yang digunakan Iwan Fals. Nama ini dipakainya ketika menciptakan lagu yang cukup terkenal di era 90-an berjudul ‘Pak Tua’ untuk Elpamas sebuah grup band, dan pernah digunakan ketika membantu album ‘Bukan Debu Jalanan’ (1991) milik Sawung Jabo. “Pitat Haeng itu bahasa slengnya Jogja untuk Iwan Fals. Pitat itu Iwan, Haeng itu Fals. Dia pake nama itu karena nggak mau orang lain membeli album saya karena ada namanya. Dia punya pikiran yang baek”, kata Jabo. Iwan Fals suka membuat karya untuk orang lain dengan nama samaran. Dan kemungkinan masih ada beberapa nama yang belum pernah diketahui.

7. Album ‘Cikal’ (1991) adalah salah satu album solo paling dahsyat dalam sejarah karir Iwan Fals. One of Iwan Fals’s loose albums. Terdapat sentuhan jazz dalam beberapa lagu seperti ‘Proyek 13’ dan ‘Cendrawasih’. Kemampuan Iwan Fals menulis lirik disini benar-benar mengagumkan. Album ini hanyalah sebagian dari kejeniusan seorang Iwan Fals. Ini adalah album dimana Iwan Fals menanggalkan bayang-bayang Bob Dylan, dan dia melakukan dengan sempurna.

8. Album ‘Hijau’ adalah album Iwan Fals yang ‘melawan arus’. Namun album yang keluar pada tahun 1992 ini sangat istimewa, baik pengerjaan musik, lirik, maupun kisah dibalik prosesnya. Iwan Fals sempat akan membakar master album ini sebelum diproduksi. Alasannya Iwan Fals merasa tersinggung albumnya ditawar-tawar oleh dua produser dari Harpa Record dan Prosound yang bersaing ketat membeli master album ini. Setelah album ‘1910’ (1988), Iwan Fals tidak dikontrak lagi dengan Musica Studio. Akhirnya master album ini dibeli oleh Prosound seharga Rp.365 juta termasuk sampul yang dibuat Dik Doang dan video klip. Bayangkan nilai segitu pada 1992. Sayangnya album yang mengusung musik kontemporer berkualitas tinggi ini tidak terlalu laku. Bukan album yang mudah dikonsumsi telinga pendengar biasa. Dan lebih tepatnya bisa dibilang hanya yang mengerti musik yang bisa mengatakan album ini luar biasa.

9. Iwan Fals hanya membutuhkan gitar akustik dan harmonika untuk menghasilkan sebuah album yang mengagumkan dan luar biasa. Pada album ‘Belum Ada Judul’ (1992) dia kembali ke gaya awal. Walaupun karya Iwan Fals di album ini mengingatkan kembali pada karya-karya Bob Dylan, terutama tiupan harmonikanya, tetap saja kalau bicara soal album akustik ini adalah karya Iwan Fals yang paling maksimal dari yang pernah ada. Album ini direkam secara live hanya selama 6 (enam) jam.

10. Iwan Fals kembali mengusulkan nama nyeleneh untuk grup band barunya. Ia pernah mengusulkan nama ‘Duda’ untuk band yang formasinya tidak jauh beda dengan grup ‘Swami’ yang telah lama vakum. Namun usul itu ditolak, dan akhirnya sepakat menggunakan nama ‘Dalbo’ yang berarti anak genderuwo. Album ini meluncur pada tahun 1993.

11. Kalau diperhatikan, beberapa tahun terakhir ini kita tidak pernah mengetahui apa merk gitar atau alat musik lainnya yang digunakan oleh Iwan Fals juga musisi pendukung dalam setiap konsernya. Semua merk atau logo baik yang ada di alat musik dan sound system selalu ditutupi atau dihilangkan. Hal yang sama juga berlaku pada background panggung yang bersih dari sponsor.

12. Album ‘Manusia Setengah Dewa’ (2004) adalah sebuah album akustik Iwan Fals yang mengingatkan kembali kepada album ‘Belum Ada Judul’ (1992). Album ini sempat mendapat protes karena tampilan gambar di covernya. Album ini dikerjakan secara live dan memakan waktu 2 (dua) bulan. Yang menarik disini adalah, setelah proses rekaman sudah final dan siap diproduksi, Iwan Fals baru sadar kalau dia lupa memainkan harmonika. Untuk mengulang lagi jelas memakan waktu, akhirnya album ini total hanya menampilkan permainan gitar akustik Iwan Fals.

Sejarah Pembuatan Logo Oi




Logo dan bendera Oi telah menjadi magis. Tak hanya dalam konser Iwan Fals, bahkan bendera Oi seringkali berkibar-kibar dengan perkasa di saat konser penyanyi lain. Logo Oi sudah menjadi identitas bagi mereka yang mencintai karya-karya Iwan Fals, juga bagi mereka yang menjadikan kesenian sebagai salah satu sarana untuk memaknai kehidupan, untuk menemukan makna kehidupan.

Logo Oi memiliki format standar. Dalam beberapa kesempatan sering ditemui logo Oi yang tidak standar. Format standar logo Oi dapat diklik pada gambar logo Oi untuk memperbesar.

Lantas bagaimana sejarah logo Oi hingga tercipta? Siapa sebenarnya pembuatnya? Berikut paparannya.


SEJARAH LOGO Oi

Lomba Desain Logo Oi yang diselenggarakan oleh Yayasan Orang Indonesia (YOI) diikuti ratusan peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999 di Desa Leuwinanggung No 19, Cimanggis, Depok, Jawa Barat (Kediaman Iwan Fals) pada hari Minggu (15/8/1999) dan Senin (16/8/1999). Setiap peserta maksimal membawa 2 buah karya logo Oi.

Dalam Lomba Desain Logo Oi terpilih 2 Logo Oi karya HiO Ariyanto dari Oi Bento House Solo sebagai Juara I dan II. Penentuan pemenang Lomba Logo Oi sebagai Juara I dan II ditentukan oleh para peserta Peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999 melalui polling dan pemilihan oleh semua peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999.

Logo Oi karya HiO Ariyanto yang mendapat Juara I, mulai 16 Agustus 1999 (bertepatan dengan Hari Jadi Oi) dipergunakan sebagai logo resmi Organisasi Penggemar Iwan Fals atau biasa disebut Oi. Selain itu, dalam Silaturahmi Nasional Oi 1999 Lagu “Oi” karya Digo Dzulkifli dari Oi Bandung terpilih sebagai Pemenang Lomba Cipta Lagu Mars Oi. Dan ditetapkan sebagai Lagu Mars Oi.

PROFIL SINGKAT PENCIPTA LOGO Oi
  • Nama : Is Ariyanto
  • Panggilan : HiO Ariyanto
  • Pekerjaan : Staff Redaksi Harian Umum SOLOPOS
  • Alamat : Kartotiyasan RT 04/4, Jalan Manduro III, Gang: Merdeka, Kratonan, Serengan, Solo 57153
  • Email : oibentohouse@yahoo.com:oibentohouse@gmail.com
Sampai saat ini aktif sebagai: Ketua Oi Bento House, Manager Oi Bento House Band, Ketua Solo Kartunis (Sloki)

PERJALANAN SANG PENCIPTA LOGO Oi :
  • 1997, Karya Kartun Terbaik Lomba Kartun MDS Beteng Solo
  • 1999, Juara I & II Desain Logo Oi
  • 1999, Pelopor berjualan kaos & merchandiser Iwan Fals & Oi
  • 2000, Juara I Lomba Karikatur Jambore Nasional Oi di Cibubur
  • 2003, Rekor Republik Aeng-Aeng: untuk Kategori Pelopor Kartun 3 Dimensi di Solo
  • 2003, Juara Favorit “Sensasi Biru Indonesia” (Launching Rokok Bentoel Biru) di Solo Bersama Tim Oi Bento House
  • 2004, Rekor Republik Aeng-Aeng: Konser Musik Parade Band Oi dari jam 10.00 Pagi-10.00 Malam (14 band membawa lagu-lagu Iwan Fals yang berbeda sebanyak 75 lagu)
  • 2004, Juara I & II Desain Logo Ikatan Karyawan sebuah toko retail terbesar di Solo
  • 2005, Kartun karakter “Si Thole” dipakai sebagai maskot Lomba Balita & Anak Balita SOLOPOS. [redaksi]

Sekilas Cuplikan Tentang Film Kantata Takwa

Film yang harus menunggu selama kurang lebih 18 tahun untuk bisa kita saksikan. Film yang dibuat pada jaman rezim Soeharto, berisi rekaman konser Kantata Takwa dipadu dengan cerita yang diperankan oleh personil band yang melegenda tersebut. Diakhir cerita seluruh personil Kantata Takwa tewas dibunuh. Master film ini sempat teronggok tidak terurus, sempat rusak karena kebanjiran, dan akhirnya diperbaiki dengan format digital. Sayang Kantata Takwa The Movie sampai saat post ini diterbitkan hanya dapat disaksikan di bioskop tertentu. Semoga nantinya kita semua bisa menyaksikan film ini.


Setelah 18 tahun menunggu, film Kantata Takwa akhirnya dirilis. Film semi dokumenter garapan sutradara Erros Djarot dan Gotot Prakosa ini merupakan rekaman konser Kantata Takwa di Stadion Senayan Jakarta pada 1991.

Unsur dramatisasi juga mewarnai film yang meraih Golden Hanoman Award pada Jogja-Netpac Asian Film Festival bulan lalu ini. "Kita tak mau hanya merekam konser. Kita buat perwujudan dari karya seni [Kantata Takwa]," jelas Erros Djarot yang hadir di Studio Liputan 6 Pagi SCTV.

Makna Lambang Dari Logo Oi







Lambang (logo) organisasi Oi berupa gambar siluet berbentuk menyerupai huruf " i " (kecil) tegak melebar berwarna hitam dengan titik berwarna merah darah di atasnya menyatu dengan huruf " O " berwarna putih dalam posisi miring ke kanan.

Makna lambang Oi:
  1. Bentuk huruf " O " berwarna putih miring ke kanan menyatu dengan bentuk menyerupai huruf " i " (kecil) tegak berwarna hitam melambangkan kesucian yang dilandasi keteguhan dan ketegasan sikap.
  2. "Titik" bulat di atas huruf " i " (kecil) berwarna merah darah melambangkan semangat yang membara untuk bersatu.

Biografi Personil Kantata Barock













Kantata Barock. Adalah salah satu grup musik besar di Tanah Air, yang terdiri dari Iwan Fals, Setiawan Djody, Sawung Jabo. di dalam lirik-lirik lagu mereka slalu mengandung kritik-kritik sosial.

Inilah Biografi Personil Kantata Barock.

Iwan Fals

Nama lengkap Virgiawan Listanto. Lahir di Jakarta, 3 September 1961, dan menjadi penyanyi beraliran balada dan country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia. Ia juga dikenal sebagai ‘wakil rakyat’ yang lantang menyuarakan seruan hati para wong cilik. Sepanjang karirnya selama kurang lebih 20 tahun di dunia musik ia telah terbukti memiliki kelompok penggemar khusus yang dekat dengan kemiskinan, ketidakadilan dan pengangguran. Lagu-lagunya kerap dihubungkan dengan protes-protes sosial seperti pernah terkenal lewat Oemar Bakrie (1981) dan Bento (1991).

Lewat lagu-lagunya, ia pun 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri, tetapi juga lagu dari sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Tidak heran, ia sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olahraga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan 'Oi'. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang, kantor cabang Oi dapat ditemui di setiap penjuru Nusantara, bahkan sampai ke mancanegara.


Setiawan Djody

Nama lengkap penyanyi yang juga pengusaha dan konglomerat ini adalah KPH Salahuddin Setiawan Djody Nur Hadiningrat. Lahir di Solo, 13 Maret 1949 dengan pendidikan dari Universitas Wharton 1974 dan S-2 Filsafat dari Universitas California.

Djody dikenal sebagai musisi kenamaan yang terkenal lewat grup musik SWAMI pada 1989. Tahun 1990, personel SWAMI yakni Iwan Fals, Sawung Jabo, Inisisri, Jockie Suryoprayogo dan Totok Tewel serta WS Rendra dan Kelompok Bengkel Teater membentuk band baru lagi yang bernama Kantata Takwa. Kantata Takwa telah merilis album yang bertema kritik sosial dan politis.

Cucu dari pahlawan nasional Dr. Wahidin Sudirohusodo ini juga dikenal sebagai artist rock papan atas di Indonesia. Ia menggabungkan gitar listrik dan perkusi tradisional. Lagu-lagunya banyak menceritakan tentang demokrasi dan lingkungan seperti Orang-Utan dan Anjing Malam. Konsernya selalu menarik perhatian penggemarnya hingga mencapai 300.000 orang.

Seperti halnya rocker di jamannya, ia juga pergi ke Amerika untuk menyaksikan Jimmy Hendrix. Ia menilai permainan gitar Jimmy Hendrix sangat romantis dan mengena di hatinya. Walaupun sibuk dengan usahanya, ia tetap bermain gitar di studionya atau di pengunungan di Jawa Tengah. Bahkan, David Bowie pernah datang ke rumahnya hanya mendengarkan permaianan gitarnya yang sangat indah.



Sawung Jabo

Mochamad Djohansyah alias Sawung Jabo lahir di Surabaya, 4 Mei 1951. Selain digembleng masalah agama, sejak kecil Jabo akrab dengan kehidupan seni tradisi. Ia adalah seniman dan musisi kondang Indonesia yang dikenal dengan keterlibatannya dalam hampir segala bentuk kesenian baik itu bermusik, teater, melukis dan juga tari. Sawung Jabo dikenal dalam konsepnya yang menggabungkan elemen musik Barat dan Timur, khususnya Jawa.

Menginjak remaja, Jabo hijrah ke Jakarta untuk sekolah di STM Poncol. Saat itu ia kian giat bermain musik. Selain itu, ia pun kian giat menyalurkan hobinya: berpetualang menjelajahi hutan dan gunung. Kegemarannya ini menginspirasi sebagian lagu-lagunya, seperti Bromo dan Surat dari Teman di Desa (album Badut) serta Perjalanan Awan (album Kanvas Putih).

Beberapa tahun kemudian Jabo pindah ke Yogyakarta untuk mendalami komposisi dan cello di Akademi Musik Indonesia. Berbekal pendidikan musik formalnya, ia mulai mencipta musik dengan bermacam gaya, mulai dari pop, klasik, hingga avant-garde.

Tahun 1976, bersama kawan-kawannya seperti Innisisri dan isterinya sendiri, Suzan Piper, Jabo mendirikan kelompok Baroque yang kemudian berubah nama menjadi Sirkus Barock. Kelompok ini didirikan di Yogyakarta sebagai realisasi konsepnya mengenai lingkungan kreatif yang multimedia. Oleh karena itu, jangan heran, ketika Sirkus Barock tampil di atas panggung, yang hadir bukan hanya musik tapi juga aneka seni performance.

Pada rentang tahun 1970-1983, Jabo menimba pengalaman hidup di Australia. Saat itu ia sempat menjadi pendukung film The Year of Living Dangerously bersama Mel Gibson. Selain itu, ia pun sempat menyutradarai teater Kisah Perjuangan Suku Naga bersama istrinya di sana.

Sekembalinya dari Australia, Jabo segera memperjuangkan mutu lingkungan kreatif Sirkus Barock. Maka lahirlah empat album mereka, yakni Sirkus Barock, Bukan Debu Jalanan, Kanvas Putih dan Fatamorgana. Dari album-album tersebut, boleh dikatakan Jabo merupakan nyawa dari kelompoknya, baik dalam konsep musik maupun dalam pembuatan melodi dan lirik.

Sunday, April 8, 2012